Kalo kita usul ke klien,”Pak, saya ada usul buat website…” Kadang, kalimat kita belom beres, dia bilang,”Oooh, gak usah. Website kita udah ada. Tuh, si Joni anak IT yang buat. Dia kebetulan emang hobby maen internet…” Bego bener kalo kita orang iklan ngejawab,”O, ya udah, Pak. Dia jago ya?”
Hewlett-Packard di Amerika, yang notabene perusahaan IT ultra canggih dan super gede kapitalisasi pasarnya, masih outsource untuk bikin website perusahaan mereka. Mereka tau bahwa bikin website bukan urusan hobby, tapi kapabilitas inter-discipline sebuah tim.
Nggak efisien juga kalo mereka punya tim internal IT sekaligus jadi tim web developer . Sama aja tim in-house agency — mana ada sih yang bener-bener bagus? Ada juga klien ngomong,”Bikin website? Bukannya gampang? 3 hari juga jadi sama tim IT saya.” Itu kaya klien ngomong,”Masang iklan? Kalo gak salah gampang. Tinggal bikin desain, simpen di CD, trus kirim ke bagian iklan media. Beres.”
Dia pikir, pasang iklan itu kaya pasang dop mobil kali. Gitu juga urusan website. Orang masih sering mikir, “Gampang”. Padahal buat bikin website yang bagus, ada banyak unsur, mulai dari communication design, information design, interface design, web technology design dan bahkan bisa sampe ke experience design. Bikin website yang efektif musti ngerti psychology, mass communication, copywriting, interactive design dan graphic design. Kalo orang IT internal bisa semuanya, berarti ada dua kemungkinan: dia punya 5 gelar graduate dan postgraduate sekaligus, atau dia sok tau aja. Website itu urusan orang komunikasi, orang media, orang kreatif dan sebagainya — bukan cuma urusan orang IT.
(Copyright BegonyaOrangIklan.com, dikutip dari Montan trus ambil langsung ke situsnya)
Lagi-lagi montan ‘marah-marah’ di blognya. Jadinya tergelitik lagi deh buat ngisi web di dinihari ini.
Di awal saya belajar web (mungkin sekitar 1997-98an deh), saya di ejek habis sama teman saya. Bikin web sih, anak SD juga udah pada bisa. Tulis aja di Words habis save as HTML kan jadi web. Panas hati? … jelas! Cuma ilmunya masih belum nyampe tuh waktu itu. Tapi dalam hati saya, saya percaya akan keajaiban web.
Saya setuju aja sama tulisan Montan. Habit orang kita ngurus web emang gak ada. Tapi jadi pengen mengemukakan isi pikiran sendiri nih:
“Content is King”.
Ini semboyan lama. Isi adalah segalanya, pengunjung harus menerima ’sesuatu’ dari situs. Tidak sekedar design cakep dan programming hebat. Isi yang selalu up-to-date akan membuat pengunjung selalu mendapat informasi baru. Ini tugas yang paling sering dilupakan pemilik web sama situsnya. Tapi percaya atau tidak, situs konsultan web sendiri banyak yang jarang di update lho? Atau mungkin ‘terlupakan’ karena banyak proyek?
“Sisipkan URL anda di Media non Web”.
Yang paling salah dalam masalah web, tidak adanya cross-link atau penghubung antara web dengan promosi di media cetak, brosur, dan media lainnya. Web gak bisa disodorin kayak koran atau TV. Orang harus punya akses internet dan kebetulan ingat alamat web kita. Jadi mulailah rajin menuliskan alamat situs di brosur, media cetak dan media iklan lain-lain.
“Beriklanlah di Web”.
Ini juga yang jarang dilakukan atau mungkin lebih tepat paling susah dilakukan. Media yang biasa dipasangi iklan (seperti detik.com halaman utama) udah penuh duluan. Harus nunggu berapa bulan baru bisa masuk di detik halaman utama. Masih banyak yang kurang sadar bahwa search engine seperti Yahoo dan Google juga menyediakan space iklan (biasanya ada di kanan hasil search). Ini mungkin malah lebih efektif ketimbang nunggu. Coba deh masuk ke AdWords. Hitungan iklan berdasarkan klik, bukan kemunculan. Jangan lupa juga kita harus mendaftarkan situs kita di search engine.
“Strategi yang benar”.
Web menyediakan space yang banyak dan bisa selalu up-to-date untuk informasi detail dari produk/jasa anda. Bandingkan dengan iklan di media lain. Ini kelebihannya. Jadi buatlah strategi yang tepat untuk pembuatan web. Tidak bisa disamakan dengan kerjaan orang Advertising, dengan space terbatas harus membuat orang ingat akan produk/jasa.
“Web Development tidak sama dengan IT Development”.
Sama lah kira-kira sama di atas. Fokusnya sudah jelas beda. Yang satu menyediakan informasi penting untuk manajemen dan internal, yang satu lagi menyediakan informasi untuk khalayak umum. Untuk perusahaan, yang pertama jelas jauh lebih penting dibanding yang kedua, karena strategi perusahaan sangat ditentukan oleh seberapa hebat hasil olahan orang-orang IT ini. Enggak aneh kalau di atas, HP dan perusahaan besar lainnya masih outsourcing untuk masalah web mereka. Ngapain buang-buang source buat kerjaan yang bukan fokus kerjaan mereka?
“Bisa jualan Online”.
Untuk Indonesia masih belum terlalu tepat sebenarnya. Toko online masih harus berkutat sekarang dengan masalah fraud. Beberapa toko sukses di Indonesia, selalu mengupdate situsnya dengan harga baru. Tapi pembeli di Indonesia lebih senang mampir ke toko fisik untuk memegang-megang dahulu barang yang mau dibelinya. Saya salut dengan JPC Kemang. Pemiliknya sadar betul sama kondisi ini. Tiap hari, di tokonya yang kecil, dia selalu update informasi dan harga terbaru melalui laptop yang tersambung terus menerus ke internet. Di situsnya tidak ada keranjang belanja, karena dia yakin pembelinya akan selalu mengecek harganya yang selalu kompetitif di website, lalu membuat pesanan via telepon/fax atau bahkan datang sendiri ke tokonya di kawasan Kemang. Jadi JPC nih jualan online atau bukan ya? sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar